Mineral

Sentuh Level Terendah dalam 9 Bulan, Harga Batu Bara Terus Merosot

433
×

Sentuh Level Terendah dalam 9 Bulan, Harga Batu Bara Terus Merosot

Share this article

Kabarenergi.com, Jakarta – Harga komoditas batu bara terus mengalami penurunan sejak Oktober 2024 dan kini telah mencapai level terendah sejak Maret 2024, atau dalam sembilan bulan terakhir.

Berdasarkan data dari Refinitiv, harga batu bara pada 24 Desember 2024 tercatat sebesar US$125 per ton, turun 0,4% dibandingkan penutupan perdagangan pada 23 Desember 2024 yang sebesar US$125,5 per ton.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

Penurunan harga ini dipicu oleh lonjakan produksi batu bara di China yang jauh melampaui permintaan, terutama di awal musim dingin. Kondisi tersebut menyebabkan penumpukan persediaan dan tekanan harga yang menurut analis kemungkinan akan terus berlanjut.

Dilaporkan oleh mining.com, indeks harga batu bara untuk pembangkit listrik di China telah anjlok sekitar 9% sejak akhir September, mencapai level terendah dalam 18 bulan di angka 790 yuan (US$108) per ton. Meskipun permintaan bahan bakar fosil biasanya meningkat saat musim dingin untuk kebutuhan listrik, stok yang melimpah dan pertumbuhan ekonomi yang melambat turut menekan harga.

“Lonjakan persediaan sedang menghancurkan pasar,” ujar Han Lei, analis dari Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China, Senin (30/12/2024).

Han memprediksi harga batu bara kemungkinan akan turun hingga 730 yuan per ton menjelang liburan Tahun Baru Imlek di akhir Januari, sebelum perlahan pulih. Namun, pemulihan harga diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama jika persediaan masih tetap tinggi.

Kenaikan stok batu bara di China didorong oleh produksi domestik yang mencapai rekor tertinggi pada bulan lalu, serta peningkatan impor. Hal ini terkait dengan kebijakan otoritas China yang lebih memprioritaskan keamanan energi dibandingkan pengurangan emisi. Upaya peningkatan produksi lokal ini telah dimulai sejak 2022 akibat dampak invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga energi global.

Read  PT Freeport Indonesia (PTFI) Catat Produksi Emas Hampir 2 Juta Ons Hingga Tahun 2023

Sebagai ekonomi terbesar di Asia, China menyumbang lebih dari separuh konsumsi batu bara global. Ketergantungan pada bahan bakar fosil ini menjadi tantangan besar dalam upaya global mengendalikan pemanasan suhu bumi.

Permintaan batu bara global sendiri diperkirakan akan mencapai rekor baru setiap tahun setidaknya hingga 2027, menurut laporan Badan Energi Internasional minggu ini. Hal ini berbanding terbalik dengan prediksi sebelumnya bahwa permintaan telah mencapai puncaknya pada 2023.

Data terbaru menunjukkan stok batu bara di China tumbuh 12% dalam dua bulan hingga Oktober 2024. Meski demikian, otoritas China tampaknya tidak terlalu khawatir akan kelebihan pasokan. Administrasi Energi Nasional bahkan menetapkan target produksi sebesar 4,8 miliar ton pada 2025, lebih tinggi dibandingkan estimasi tahun ini.

China International Capital Corp. memprediksi permintaan batu bara di negara tersebut akan naik 2,3% tahun depan, sementara produksi diproyeksikan meningkat 1,2%. Kondisi ini diharapkan membawa keseimbangan pasar, meski harga rata-rata kemungkinan lebih rendah dibandingkan tahun ini.

“Sentimen pasar saat ini cukup pesimistis, dan pembeli cenderung menahan diri dari pasar spot sambil menunggu harga mencapai titik terendah,” ujar Fengkuang Coal Logistics dalam sebuah catatan.

Lebih lanjut, mereka mengungkapkan jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan batu bara di sekitar Laut Bohai hanya setengah dari periode yang sama tahun lalu, mencerminkan lemahnya permintaan saat ini. (yad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News