Headline

PT Freeport Indonesia: Komitmen untuk Merangkul Masyarakat dan Pengusaha Lokal Jawa Timur

579
×

PT Freeport Indonesia: Komitmen untuk Merangkul Masyarakat dan Pengusaha Lokal Jawa Timur

Share this article

Kabarenergi.com, Gresik – Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) kembali menegaskan komitmennya untuk merangkul masyarakat dan pengusaha lokal Jawa Timur, khususnya saat memasuki tahap operasional. Operasional direncanakan mulai Juni 2024 dan akan memasuki tahap produksi pada bulan Agustus 2024 hingga mencapai kapasitas penuh pada akhir Desember 2024.

“Tidak ada satu perusahaan pun yang berhasil di tengah masyarakat dan lingkungan yang gagal. Oleh karena itu, kami harus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, harus tumbuh dan berkembang bersama pengusaha lokal. Ini akan menjadi bagian dari rantai suplai kita terutama di hilir,” kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat dialog bersama Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 Emil Elestianto Dardak di Surabaya, Jumat (21/6/2024).

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

Tony menegaskan, ada dua tahapan dalam pembangunan smelter PTFI yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE. Pertama, tahapan konstruksi dan kedua, tahapan operasi. Pada tahapan konstruksi, pembangunan smelter menggunakan teknologi tercanggih dari Finlandia.

Dalam pekerjaan tersebut, Freeport menunjuk PT Chiyoda International Indonesia sebagai kontraktor utamanya, salah satu perusahaan terbaik untuk pembangunan smelter. Chiyoda juga menunjuk beberapa subkontraktor, termasuk BUMN dan swasta besar, di antaranya PT Adhi Karya dan Wika serta beberapa perusahaan lainnya.

“Tentu ini akan berlanjut terus ke bawah dan dari catatan yang saya punya, juga melibatkan pengusaha dari Gresik dan Jawa Timur. Jumlahnya memang tidak signifikan karena sebagian besar adalah konstruksi berstandar internasional,” ujarnya.

Sejumlah peralatan teknologi tinggi didatangkan dari berbagai negara, di antaranya Ukraina, Italia, Spanyol, dan lain sebagainya. “Ini semua tercapai karena dukungan dari berbagai pihak, utamanya pengusaha di Gresik dan Jawa Timur. Memang jumlahnya cukup banyak lebih dari 1000 kontraktor yang melibatkan pengusaha lokal. Tetapi dari proyek senilai Rp 60 triliun ini memang nilainya tidak seberapa,” tambah Tony.

Sementara pada periode kedua, yaitu periode operasi, PT Freeport akan sepenuhnya menjadi pengendali smelter. Dan komitmen tersebut salah satunya dengan memberi porsi lebih besar kepada warga Gresik dan Jawa Timur dalam perekrutan tenaga kerja.

Read  PGN Siap Percepat Pengembangan Infrastruktur Gas Bumi di Indonesia Timur

“Pada saat operasi penuh, jumlah karyawan direncanakan sebanyak 1.970 tenaga kerja dengan komposisi 45% atau 898 tenaga kerja adalah warga Gresik, 28% atau 547 tenaga kerja dari wilayah Jawa Timur, dan sebanyak 26% atau 510 tenaga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. Sementara tenaga kerja dari expat hanya sebanyak 15 tenaga kerja, kurang dari 1%,” jelasnya panjang lebar.

Amankan Kebutuhan Tembaga Dalam Negeri

Tony Wenas menandaskan bahwa komitmen PTFI dalam membangun smelter di Gresik memang bukan tanpa alasan. Dipilihnya Gresik sebagai lokasi berdirinya pabrik pemurnian ini dengan melihat ketersediaan SDM dan industri di sekitar yang membutuhkan produk yang nantinya akan dihasilkan.

“Karena katoda tembaga sebenarnya tidak menguntungkan secara ekonomis, tetapi bagaimana langkah ini memberikan nilai tambah bagi industri lanjutan sehingga presiden menekankan harus membangun smelter,” ujarnya.

Apalagi kebutuhan tembaga dalam negeri dipastikan akan terus mengalami kenaikan seiring dengan mulai berjalannya transisi energi di dalam negeri. Data yang dimiliki Freeport menunjukkan, 70% tembaga di dunia adalah untuk mengantarkan listrik sehingga setiap pembangunan renewable energy atau renewable power membutuhkan tembaga yang cukup besar.

“Ini menjadi peluang Indonesia apalagi kalau industri lebih hilir akan muncul. Belum lagi PLN yang kedepannya akan membutuhkan 47 ribu km kabel dan ini semua adalah tembaga karena tembaga adalah logam terbaik penghantar listrik, paling lentur dan paling murah,” terangnya.

Tony mengungkapkan, Freeport Indonesia adalah tambang tembaga yang mengandung emas dan perak yang dihasilkan dalam bentuk konsentrat tembaga. Produksi konsentrat tembaga ini mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Sebanyak 350 ribu ton telah diolah PT Smelting sejak tahun 1997 sementara sisanya sebanyak 650 ribu ton masih diekspor ke sejumlah negara.

Dengan beroperasinya Smelter PTFI, maka hingga akhir Desember 2024 seluruh produksi tembaga Freeport sebesar 1 juta ton sepenuhnya bisa diolah dalam negeri, termasuk emas yang produksinya mencapai 50-60 ton per tahun dan perak serta logam lainnya.

Read  Menteri ESDM Tinjau Progres Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik

Saat ini negara yang paling banyak memproduksi katoda tembaga dari konsentrat tembaga adalah China sebanyak 12 juta ton per tahun, dimana sebagian besar bijih tembaga atau konsentrat berasal dari impor. Kedua adalah Chili sebanyak 2 juta ton per tahun, selanjutnya Kongo sebanyak 1,9 juta ton per tahun, Jepang 1,5 juta ton per tahun, dan ke-5 adalah Rusia 1 juta ton.

“Nah, kami akan produksi 1 juta ton, jadi produksi kami sama besarnya dengan seluruh Rusia. Kalau bersama-sama PT Amman Mineral Internasional, maka Indonesia akan menjadi negara terbesar nomor 4 dunia yang memproduksi katoda tembaga. Ini sangat besar sekali karena Freeport adalah salah satu tambang terbesar di dunia. Dan tambang bawah tanah yang terbesar,” jelasnya.

Saat ini, total capex Smelter Freeport telah mencapai US$ 3,7 miliar atau sekitar Rp 60 triliun yang memberikan multiplier effect yang cukup luar biasa bagi perekonomian Indonesia, khususnya Jawa Timur. Jika dilihat sejarahnya, kontribusi Freeport terhadap Indonesia di tahun 1992 hampir mencapai US$30 miliar dalam bentuk pajak, royalti, dan dividen.

“Kedepannya kita akan kontribusi ke negara hampir mencapai US$ 40 miliar per tahun atau 60 triliun per tahun,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Mantan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 Emil Elestianto Dardak mengatakan bahwa untuk menjaga daya saing perekonomian Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkomitmen menjalankan strategi nasional dengan mendorong daya saing industri manufaktur.

“Karena manufaktur adalah penyumbang terbesar perekonomian Jawa Timur, lebih dari 30%. Untuk itu membutuhkan komitmen dalam membangun kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, daya dukung infrastrukturnya serta ketersediaan tenaga terampil. Tentunya juga perizinan dan segala hal dari ekosistem tersebut. Inilah yang menjadi fokus,” pungkasnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News