Pemerintah terus mendorong pemanfaatan gas bumi melalui berbagai program seperti jaringan gas kota (Jargas) dan Compressed Natural Gas (CNG). Langkah ini diambil untuk mendekatkan akses energi kepada masyarakat serta mengurangi subsidi dan impor LPG yang cukup besar.
Menurut Kepala LEMIGAS Direktorat Jenderal Migas Ariana Soemanto, saat ini terdapat sekitar 900 ribu sambungan rumah dengan Jargas. Jika diasumsikan bahwa jumlah tersebut menggantikan penggunaan LPG 3 kg, maka dapat menghasilkan penghematan subsidi LPG sebesar Rp1,6 triliun dan penghematan devisa sekitar US$ 140 juta.

Lebih lanjut, kalkulasi LEMIGAS menunjukkan adanya penurunan emisi dari penggunaan gas pipa dan CNG dibandingkan dengan penggunaan LPG. Hal ini memperkuat posisi gas sebagai pilihan utama di era transisi energi.
Ariana menjelaskan, “Pemanfaatan gas bumi, seperti Jargas, diperkirakan dapat menurunkan emisi sekitar 12% dibandingkan dengan penggunaan LPG. Sementara penggunaan gas bumi, terutama dalam bentuk CNG, di sektor industri dapat menurunkan emisi sebesar 23% dibandingkan dengan penggunaan solar.”
Saat ini, realisasi pemanfaatan gas bumi untuk dalam negeri pada tahun 2023 mencapai 68,2%, sementara sisanya dialokasikan untuk ekspor. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, menegaskan komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan konsumsi gas di dalam negeri.
Data realisasi tahun 2023 menunjukkan bahwa pemanfaatan gas bumi untuk dalam negeri mencapai 3.745 MMscfd (juta kaki kubik per hari), dengan sebagian besar dialokasikan untuk sektor industri sebesar 1.516 MMscfd. Sementara itu, penggunaan Jargas mencapai sekitar 16 MMscfd, dengan jumlah sambungan rumah yang telah terpasang mencapai sekitar 900 ribu sambungan.
“Dengan pemanfaatan gas bumi mencapai 68,2%, sebagian besar digunakan untuk kebutuhan industri, memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan sektor tersebut,” ujar Tutuka. (rah)