KABARENERGI.COM – Menteri Lingkungan Hidup (KLH), Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan bahwa wilayah Jakarta dan Bandung Raya belum direkomendasikan untuk pembangunan fasilitas Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Penilaian ini didasarkan pada keterbatasan lahan dan ketersediaan air yang dinilai belum memadai untuk operasional PSEL.
Hal itu disampaikan Hanif saat ditemui di Jakarta, Rabu (15/10/2025). Ia mengungkapkan saat ini baru tujuh daerah yang dianggap siap dalam perencanaan proyek PSEL, sementara Jakarta dan Bandung Raya masih terkendala.
“Yang siap ada tujuh daerah. Yang belum siap, dan ini sangat saya sayangkan, adalah kota Jakarta yang volume sampahnya mencapai 8.000 ton per hari,” kata Hanif kepada wartawan.
Meskipun memiliki timbulan sampah yang sangat besar—Jakarta mencapai 8.600 ton per hari pada 2023 berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLH, dan total Jawa Barat mencapai 22.019 ton per hari—menurut Hanif, kedua wilayah tersebut belum memenuhi persyaratan teknis pembangunan PSEL.
Untuk itu, Hanif meminta Gubernur Jakarta, Pramono Anung Wibowo, dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk segera mencari solusi. Tujuannya agar masalah sampah yang menumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat segera teratasi.
Hanif juga menegaskan pentingnya kesiapan infrastruktur dan sosial sebelum proyek PSEL dimulai. “Kami ingin proyek ini tidak mangkrak. Semua harus disiapkan, yakni tanah, akses, air, jaringan listrik, hingga penerimaan masyarakat,” ujarnya.
Tujuh wilayah yang telah direkomendasikan dan laporannya diserahkan kepada CEO Badan Pengelola Investasi Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, adalah Yogyakarta Raya, Denpasar Raya, Bogor Raya, Bekasi Raya, Tangerang Raya, Medan Raya, dan Semarang Raya.
Jakarta Klaim Infrastruktur Lebih Siap dan Investor Minat Tinggi
Di sisi lain, Gubernur Jakarta, Pramono Anung Wibowo, menanggapi pernyataan tersebut dengan optimisme. Ia menyebut volume sampah di Ibu Kota saat ini mencapai 8.000 ton per hari dan dengan ketersediaan sampah sebanyak 55 juta ton, Jakarta dinilai mampu menjalankan beberapa proyek PSEL (atau dalam istilahnya PLTSa) sekaligus.
“Untuk hal yang berkaitan dengan PLTSa, kami sudah berkali-kali duduk dengan Danantara dan sudah disepakati. Karena memang Jakarta dibandingkan dengan daerah lain pasti infrastrukturnya lebih siap,” kata Pramono.
Pramono mengklaim, satu PLTSa diproyeksikan dapat menghasilkan kurang lebih 35 megawatt dan menyebut minat investor serta operator internasional terhadap proyek ini cukup tinggi. Ia juga menambahkan, proyek PLTSa diproyeksikan tidak akan memerlukan skema tipping fee apabila tarif listriknya sesuai dengan standar, yang menurutnya akan mempercepat penyelesaian persoalan sampah di Ibu Kota. (NHJ)