Kabarenergi.com, Kalbar – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ketapang yang berlokasi di Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, terus memainkan peran strategis dalam memperkuat pasokan listrik di wilayah Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat. Dengan kapasitas terpasang 2 x 10 megawatt (MW), pembangkit ini secara konsisten mendukung peningkatan rasio elektrifikasi dan memperkuat sistem kelistrikan regional.
Mengandalkan batubara lokal sebagai bahan bakar utama, PLTU Ketapang tidak hanya menciptakan efisiensi biaya operasional, tetapi juga turut memperkuat ketahanan energi di tingkat daerah. Meski berbasis energi fosil, pengelola PLTU Ketapang tetap berkomitmen terhadap efisiensi dan keberlanjutan. Operasional pembangkit dijalankan sesuai dengan prinsip ramah lingkungan yang mengacu pada regulasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dengan kapasitas total 20 MW dan tingkat ketersediaan (availability factor) yang tinggi, PLTU Ketapang mampu memproduksi sekitar 144 gigawatt jam (GWh) listrik per tahun atau sekitar 12 GWh setiap bulannya. Energi ini disalurkan ke jaringan distribusi PLN dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen masyarakat, meliputi:
-
Rumah tangga dan perumahan
-
Industri kecil dan menengah (IKM)
-
Fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas
-
Kawasan komersial dan perkantoran pemerintahan
Secara keseluruhan, pasokan listrik dari PLTU Ketapang menopang kebutuhan lebih dari 60.000 pelanggan di wilayah Ketapang, Kayong Utara, dan sekitarnya. Sejak mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2016, kontribusi PLTU Ketapang telah mendorong peningkatan rasio elektrifikasi Kalimantan Barat yang kini telah melampaui 98%.
Selain itu, pembangkit ini memberikan manfaat ekonomi melalui efisiensi harga pokok produksi (BPP) yang lebih rendah dibandingkan pembangkit berbahan bakar minyak (BBM). Hal ini memungkinkan PLN menghemat anggaran dan menjaga stabilitas tarif dasar listrik bagi pelanggan. Setiap GWh listrik yang dihasilkan juga lebih hemat biaya dan rendah emisi dibandingkan pembangkit berbahan bakar diesel.
Tak hanya berkontribusi dalam sektor energi, PLTU Ketapang juga aktif menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Program CSR ini meliputi pembangunan infrastruktur desa, pemberdayaan ekonomi lokal, serta pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja lokal. Inisiatif ini turut mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar pembangkit.
Dengan keberadaan PLTU Ketapang, pembangunan infrastruktur energi Kalimantan Barat semakin kokoh, sekaligus menjadi bukti nyata bagaimana pembangkit berbasis batubara dapat tetap memberi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang jika dikelola secara bertanggung jawab.(rat)