Electricity

Minimnya Akses Listrik, Meta Seaco Indonesia Hadirkan Inovasi Storage Pendingin Tenaga Surya untuk Nelayan Papua

509
×

Minimnya Akses Listrik, Meta Seaco Indonesia Hadirkan Inovasi Storage Pendingin Tenaga Surya untuk Nelayan Papua

Share this article

Kabarenergi.com, Jakarta – Minimnya akses listrik di wilayah pesisir Papua menjadi hambatan besar bagi nelayan dalam mengelola hasil laut secara optimal. Banyak ikan yang rusak karena tidak ada fasilitas pendingin yang memadai, sehingga biaya operasional nelayan semakin tinggi. Melihat permasalahan ini, PT Meta Seaco Indonesia menciptakan inovasi berupa storage pendingin bertenaga surya untuk membantu nelayan mengatasi kendala tersebut.

Inovasi ini berhasil mengantarkan PT Meta Seaco Indonesia meraih Top 3 Pertamuda Seed and Scale 2024 dalam kategori Early Stage Startup, sebuah ajang yang diselenggarakan oleh PT Pertamina (Persero).

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

CEO PT Meta Seaco Indonesia, Catur Prasetyo Nugroho, yang juga merupakan mahasiswa Ilmu Aktuaria Universitas Gajah Mada, menjelaskan bahwa storage ini adalah pendingin tenaga surya portabel yang dirancang khusus untuk kapal konvensional. Teknologi ini membantu menekan kerusakan ikan sekaligus mengurangi biaya operasional penggunaan es balok. Selain itu, produk ini juga bertujuan membangun rantai pendingin di daerah pesisir Papua.

Berbeda dengan freezer biasa, storage ini menggunakan sistem pendingin dari samping dan bawah. Selain itu, alat ini bisa digunakan untuk penyimpanan basah maupun kering. Namun, proses pengembangan selama sembilan bulan bukan tanpa tantangan. “Kami menghadapi berbagai kendala, seperti kompresor yang meledak hingga tangan terluka saat perakitan,” ungkap Catur.

Selama satu tahun tiga bulan tinggal di wilayah pesisir Papua yang tertinggal, Catur melihat potensi hasil laut yang melimpah. Namun, nilai jual tinggi hanya bisa dicapai untuk jenis ikan seperti lobster, kakap merah, dan kerapu merah yang bisa dikirim melalui pesawat. Ikan lainnya sulit dikelola karena ketiadaan fasilitas penyimpanan yang memadai.

Pengamatan Catur di wilayah Laut Selatan Pulau Jawa menunjukkan tingkat kerusakan ikan mencapai 10 persen meskipun menggunakan es balok. Selain itu, biaya operasional es balok juga sangat tinggi. Hal ini menunjukkan perlunya solusi efisien untuk mengatasi masalah tersebut.

Read  PLN Nusantara Power Mendukung Pergerakan Energi Hijau untuk Indonesia Lebih Hijau

“Masalah utama nelayan adalah ketiadaan listrik dan storage pendingin. Dari situ, kami memiliki ide membuat mini storage yang menggunakan energi surya,” jelas Catur.

Ajang Pertamuda Seed and Scale 2024 menjadi momen penting bagi Catur untuk berbagi inovasinya. Dengan latar belakang ilmu Aktuaria, ia mampu membuat prediksi secara real-time berdasarkan jenis ikan, ukuran, dan titik koordinatnya. Teknologi ini memudahkan nelayan untuk melaut tanpa bergantung pada musim, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Inovasi ini bukan hanya solusi teknologi, tetapi juga harapan baru bagi nelayan di pesisir Papua untuk mengelola hasil laut secara lebih optimal. (rud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News